Kesuksesan Bisnis TOPI POLKA
Sedang mencari info tentang Kesuksesan Bisnis TOPI POLKA ? Jika itu yang Anda cari maka sekarang Anda sedang berada dihalaman yang tepat karena kami
INFO UKM INDONESIA terpercaya yang siap mengirimkan pesanan ke Seluruh Wilayan indonesia. Untuk Informasi lebih Lanjut, Anda bisa langsung hubungi kami di Call, SMS, Whatsapp : 0813 8245 45531
Menggeluti kerajianan tangan skala kecil memang tidak
mudah. Koko mengakui dirinya sempat jatuh bangun menekuni usahanya tersebut. Soal
tenaga kerja , misalnya, ia pernah mempekerjakan 15 karyawan pada tahun 2009 –
2011 sebelum akhirnya tinggal satu orang. Banyak karyawan lebih memilih
pekerjaan lain yang lebih instan.
Kesuksesan Bisnis TOPI POLKA. Memanfaatkan rumahnya di Desa
Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebagai tempat
produksi, pria yang akrab disapa Koko (42) ini mengklaim sebagai satu-satunya
pembuat topi polka di Malang, bahkan di Jawa Timur dan di Indonesia yang
memanfaatkan limbah kayu jati. Perajin lainnya mungkin juga membuat topi polka
tetapi dengan bahan yang lain.
Koko menyusun lembar demi lembar
sisa kayu jati tipis atau biasa disebut vinil menjadi topi. Benda itu tidak
saja melindungi kepala dari panas, tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.
Ia pun memasukkan unsur-unsur filosofis di dalamnya, seperti pemakaian lima
lembar vinil di sisi kiri dan kanan untuk menggambarkan dasar negara Indonesia.
Selain itu terdapat juga satu
lembar vinil di bagian tengah, membujur dari depan ke belakang, tepat di atas
kepala yang ia sebut sebagai garis khatulistiwa. Untuk mempertegas kesan NKRI,
Koko memasangkan pin kecil lambang negara Garuda Indonesia di bagian depan
topi.
Perlahan tapi pasti. Begitulah
yang terjadi pada usaha Koko. Dalam sebulan ia bisa menjual hingga 20 topi
polka. Dengan harga Rp. 225.000 – Rp. 250.000 per unit, pembeli tidak hanya
dari sekitar Malang dan Surabaya, tetapi juga dari luar daerah. Topi polka
buatannya juga pernah menjadi oleh-oleh pekerja asal Brazil dan Meksiko yang
tengah berkunjung ke Malang.
Menggeluti kerajianan tangan skala kecil memang tidak mudah. Koko mengakui dirinya sempat jatuh bangun menekuni usahanya tersebut.
Pelanggan Khusus. Usaha
pembuatan topi memang gampang-gampang susah. Koko paham bahwa produknya
tergolong kategori low moving. Pembelinya hanya orang-orang tertentu yang punya
ketertarikan khusus. Mereka juga umumnya puas setelah punya satu barang. Itupun
rata-rata topi itu disimpan untuk benda pajangan, bukan untuk aktivitas
sehari-hari.
Pembeli biasanya tahu topi polka
buatan Koko dari mulut ke mulut. Untuk bisa mendapatkan topi itu, mereka tidak
perlu menunggu lama. Di rumah Koko sudah ada beberapa topi jadi jika ada
pembeli datang. Kecuali untuk pesanan dalam jumlah besar, ia akan meminta
tenggat untuk membuatkannya.
Koko sendiri tidak memiliki gerai
pamer. Di malang hanya ada satu toko yang menjual topi tersebut berlokasi di
kawasan Balai Kota Malang. Tentu saja harga jual topi di gerai tersebut lebih
mahal dari harga di tempat produksi. Untuk memasarkan ke pasar yang lebih luas
masih ada kendala.
Awal keterlibatan Koko dengan
topi terjadi saat dirinya sering melihat komunitas sepeda yang suka memakai
topi klasik. Namun dalam perkembangannya, model topi itu tidak pernah berubah.
Bentuknya hanya bulat itu-itu saja. Sementara di rumahnya terdapat limbah kayu
jati yang tidak dimanfaatkan. Koko sendiri sebenarnya memiliki kesibukan lain
yakni membuat mebel berbahan kayu.
Pria lulusan SMA di Malang inpun
memutar otak bagaimana membuat topi polka yang berbeda dengan lainnya. Ia
mencoba berbagai cara dan metode bagaimana merangkai lembar demi lembar vinil
menggunakan lem dengan kualitas baik. Begitu berhasil , Koko tidak serta merta
langsung menjualnya. Topi-topi itu dipakai sendiri. Jika ada teman yang suka
dan menginginkan, baru ia membuatnya dengan harga teman. Koko baru benar-benar
menjual untuk umum secara profesional pada tahun 2005.
0 comments:
Post a Comment