BERBISNIS KAUS MOTIF DAYAK

Sedang mencari info tentang BERBISNIS KAUS MOTIF DAYAK ? Jika itu yang Anda cari maka sekarang Anda sedang berada dihalaman yang tepat karena kami INFO UKM INDONESIA terpercaya yang siap mengirimkan pesanan ke Seluruh Wilayan indonesia. Untuk Informasi lebih Lanjut, Anda bisa langsung hubungi kami di Call, SMS, Whatsapp : 0813 8245 45531
BERBISNIS KAUS MOTIF DAYAK. Yogyakarta punya Dagadu. Bali punya Joger. Palangkaraya punya Saverock, sebuah merek kaus bermotif Dayak khas Kalimantan Tengah. Demikian impian Kilat Kasanang ( 34 ) yang berkreasi dan menciptakan bisnis distro kaus sekaligus melestarikan motif suku Dayak.

Impian itu perlahan lahir dari kebersamaannya dengan rekan-rekan satu band, Staccato. Tahun 2009, Kilat ingin mempromosikan bandnya melalui cendera mata berupa kaus bertajuk Staccato. Karena tidak memiliki pengalaman dalam hal memproduksi kaus, khususnya menyablon, para personel Staccato kemudian merangkul Ari, kawan Kilat yang pernah bekerja di tempat penyablonan.

Dengan modal Rp. 3 jutaan, mereka belanjakan 10 lusin kaus polos, berupa cetakan sablon dan sejumlah tinta khusus sablon. Dua lusin kaus polos mereka gunakan untuk uji coba menyablon tulisan-tulisan seputar band Staccato, grub band yang beraliran rock romantis.

Kilat dan teman-temannya tidak patah semangat. Mereka justru tertantang ingin menghasilkan kaus yang berkualitas baik, lebih menjual dan digemari masyarakat. Setelah kualitas sablonannya membaik, mereka pun memasarkan kaus itu lewat kios sewaan berukuran 2 m x 2 m di Mal Palangkaraya pada tahun 2010. Salah satu desain kata-kata humor yang juga dipelesetkan itu adalah How can and ikau are do it?

Kilat menjualnya di mal dengan harga Rp. 60.000 per kaus. Setiap bulan dapat menjual sekitar 250 kaus dengan total pemasukan Rp. 15 juta. Setelah dipotong biaya produksi, sewa tempat dan upah dua karyawan, laba bersih yang didapat mencapai rp. 3 juta. Namun karena laba bersih itu harus dibagi-bagi, satu persatu anggota band dan juga Ari meninggalkan usaha penyablonan itu.

Cermati desain. Meskipun Kilat seorang diri, tetap teguh mempertahankan usahanya. Kilat kemudian memberi merek Saverock untuk kaus produksinya. Nama itu berasal dari nama putra sulungnya yang bernama Saverock Stratocaster.
Diapun mencermati, desain kata-kata humor khas Dayak ternyata hanya dipahami masyarakat setempat. 
Diapun mencermati, desain kata-kata humor khas Dayak ternyata hanya dipahami masyarakat setempat. Dari situ, Kilat kemudian mengembangkan kaus bermotif Dayak, antara lain, motif mandau, tameng, tombak, dan balanga.

Melalui kaus motif Dayak khasKalimantan Tengah itu, Kilat ingin melestarikan motif-motif Dayak dan mengenalkan hasil seni budaya kepada masyarakat Indonesia. Motif Dayak merupakan salah satu kekayaan tradisi budaya kita, warisan yang harus dijaga.

Pada tahun 2012, Kilat telah mampu merakit mesin sablon rotary dengan modal Rp. 6 juta untuk menambah kualitas sablon. Dengan dibantu dua karyawan, Kilat membuka gerai berukuran 2,5 meter x 6 meter di rumahnya. Kedua karyawan membantu Kilat dalam penyablonan, pengepakan dan pendistribusian. Selain dirumahnya, Kilat juga memasarkan kausnya di Toko Cendera Mata Martapura, Gallery Tjilik Riwut, Palangkaraya.

Adapun bahan kaus katun polos itu didatangkan dari Jakarta. Kini kaus saverock yang memiliki sekitar 50 desain motif dayak dijual dengan harga Rp. 90.000 – Rp. 95.000 per kaus dan dalam sebulan Kilat dapat meraih laba sekitar Rp. 6 juta. Karen menerpkan sistem distro atau produksi terbatas, setiap desain diproduksi paling banyak 24 kaus.


Kilat mengakui ada kesulitan untuk menambah jumlah produksi karena kaus yang terjual dalam sebulan paling banyak 300 kaus, karena jumlah wisatawan yang berkunjung ke Palangkaraya hanya sedikit.

0 comments:

Post a Comment